Rabu, 28 Desember 2011

ASAL USUL NAMA DESA MATANGAJI, SIDAWANGI, KUBANG, SARWADADI


Setelah Banten dan Sunda Kelapa dikuasai Belanda, kira-kira abad XVII, belanda datang ke Cirebon untuk membujuk Sultan Cirebon bekerjasama dalam segala bidang.
Sultan Syaifudin tidak mau bekerjasama dengan penjajah. Oleh karena desakan dan tekanan Belanda, Sultan Syaefudin bersama beberapa tokoh lainnya secara diam-diam meninggalkan Keraton Cirebon pergi ke daerah pedalaman yang sulit diketahui Belanda. Sultan Syaefudin beserta rombongan menuju daerah Sumber, babakan sampai ke yang sekarang disebut Sidawangi.

Asal Usul Desa Tukmudal


Raden ganda Mulya alias Pangeran Atas Angin atau Raden Walangsungsang mendapat tugas dari ayahhandanya  untuk mencari adiknya Prabu Gagak Sengara yang sudah lama meninggalkan istana Pajajaran. Usaha pencariannya belum juga mendapatkan hasil walau hampir seluruh pelosok daerah telah jelajahinya. Raden Ganda Mulya meneruskan pencariannya hingga tiba disuatu daerah yang dipenuhi pohon jati besar –besar yang sudah berumur ratusan tahun dan disekelilingnya di tumbuhi alang-alang. Sungguh diluar dugaan, disitulah Raden Ganda Mulya dipertemukan dengan adiknya.

Rabu, 14 Desember 2011

Rumah Karang Anom 1920an


Rumah Karang Anom 1920an (830x540)

Rumah ini yang indah, atau lebih baik disebut villa ini, terletak di Jalan Karanggetas no 64. Gedung dinamakan Karang Anom karena letaknya di daerah Karang. Villa ini dibangun sekitar tahun 1880an oleh mayor Tan Tjin Kie (1853-1919) untuk putrinya Tan Holy Nio yang tinggal disana bersama suaminya Kwee Tjong In yang berasal dari Kediri. Keluarga ini punya 9 anak. Mereka punya bisnis konglomerasi dan pada masa resesi 1920-an tidak bisa membayar pajak kepada Hindia Belanda. Sebagai bayarannya pemerintah mengambil antara lain Villa Karang Anom. Lalu villa ini dijadikan hotel namanya Hotel Kanton. Setelah tahun 1950an gedungnya disebut "Resimen" karena dipakai Markas Komando Resor Militer. Lalu gedungnya sering dibuat acara pameran pas ulang tahun kota Cirebon. Sekarang sudah diruntuhkan dan dibekas tempat berdirinya dibangun shopping mall Yogya Grand Center.

masdjid agoeng te cheribon

artikel ini saya temukan di IBT LOCALE TECHNIEK [indisch bouwkundig tijdschrift locale techniek] edisi pertama bulan januari 1936. tulisan ini saya anggap menarik karena adalah tulisan pertama [sejauh saya tahu sampai hari ini] orang pribumi -abikoesno- dalam jurnal tadi. sebelumnya, abikoesno dalam jurnal tadi adalah salah satu penerjemah artikel-artikel dan berita, dari bahasa belanda ke bahasa melayu. tulisan beliau ini pun disajikan dalam bahasa belanda dan diberi ringkasan dalam bahasa melayu oleh beliau sendiri. artikel ini menyajikan 5 buah foto dan sebuah peta. saya kutipkan keterangan foto/peta berikut ini.
foto keadaan menyeluruh dari masjid di kawasan alun-alun tertulis begini:

Sabtu, 10 Desember 2011

Legenda Air Mata Sang Pangeran

MESKI hari masih pagi dan pandangan masih terhalang kabut, keramaian di persimpangan ruas Jalan Cikahalang sudah mulai ramai. Angkutan perdesaan maupun ojek sudah sibuk melayani masyarakat yang baru pulang dari pasar.
Menyusuri ruas Jalan Cikahalang yang merupakan jalan utama menuju objek wisata Talaga Remis, suasana alam perdesaan sudah sangat terasa. Aroma khas kayu terbakar tercium dari asap yang mengepul dari rumah-rumah warga.
Selain bentuk arsitektur rumah yang sederhana, keberadaan kolam ikan di depan rumah, menjadi ciri khas rumah warga Desa Kaduela, Pasawahan, Kabupaten Kuningan. Selain pohon jeruk dan kelapa, beberapa rumah menjadikan pohon manggis mengisi halaman rumah.

cerita rakyat Daerah Cirebon " Raden Taruhlintang "

Kecantikan Dewi Arum Sari dari kerajaan Cirebon membuat banyak pangeran mencoba untuk mendapatkan hati Dewi Arum Sari. Tetapi Dewi Arum Sari tidak tertarik dengan para Pangeran itu.
 
Dewi Arum Sari teringat dengan seorang pria yang pernah menolongnya ketika dia diserang oleh perampok. Sayangnya sosok pria itu langsung pergi setelah menolong Dewi Arum Sari tanpa menyebutkan nama dan asal-usulnya. Sosok pria itu selalu membayangi hari-hari Dewi Arum Sari. Walaupun Dewi Arum Sari sangat mencintai sosok pria itu, Dewi Arum Sari tidak pernah mengungkapkan perasaannya itu kepada ayahnya karena Dewi Arum Sari tahu bahwa ayahnya sangat menginginkan mempunyai menantu seorang pangeran.

Bendera Macan Ali


Singha Barwang atau terkenal juga dengan Macan Ali adalah simbol dan bendera kerajaan di Cirebon yang digunakan sejak zaman kerajaan Indraprahasta ( ± 300-400 M ), Wanagiri, Singhapura, dan terakhir kerajaan Cerbon ( 1482 M ). Macan Ali merupakan kaligrafi berbentuk seekor macan atau singa, bertuliskan kalimat syahadat “LAILAHA ILLALLAH MUHAMMAD DARROSULALLAH”. Sebuah kalimat suci atas pengakuan Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai utusan Allah, kalimat yang wajib diucapkan bagi setiap orang yang masuk Islam. Dalam bendera Macan Ali terdapat:

Hubungan Daendels dengan Raja-Raja di Jawa Barat

Sebenarnya Daendels melakukan intervensi terhadap kekuasaan kesultanan di Jawa, yakni: Kesultanan Banten, Cirebon (Kanoman dan Kasepuhan), Yogyakarta dan Surakarta (Vorstenlanden). Namun, sesuai dengan tema seminar ini, hanya akan dibahas hubungan Daendels dengan Kesultanan Banten dan Cirebon.
Hubungan antara Daendels dan raja Banten bermula dari rencana pembuatan pelabuhan dan jalan raya di Ujung Kulon. Ribuan pekerja dikerahkan untuk membuat jalan dan pelabuhan itu. Dalam pekerjaan ini terjadi banyak korban manusia baik yang berasal dari kalangan pribumi maupun dari kalangan orang Eropa, karena tanahnya banyak yang berupa rawa-rawa. Untuk melanjutkan proyek itu Daendels meminta kepada Sultan Banten saat itu, untuk menyediakan tenaga baru dari Banten. Sultan Banten menolak permintaan itu mengingat banyaknya korban yang sakit dan mati karena penyakit. Daendels tidak bisa menerima alasan tersebut, kemudian mengirimkan utusannya yang bernama Komandan Du Puy untuk mendesak Sultan Banten agar bersedia mengirimkan rakyatnya. Du Puy diserang dan dibunuh. Keadaan ini membuat Daendels marah, sehingga ia memutuskan untuk menyerang Banten. Sultan Banten menyerah dan diasingkan ke Ambon, sementara pemerintahan diserahkan kepada putra mahkota (Murdiman: 1970:14).

Pemberontakan Cirebon sebagai Penyebab Runtuhnya Kraton-Kraton Cirebon

Berdasarkan laporan yang dibuat oleh Nicolas Engelhard yang dimuat dalam majalah Indisch ArchiefTijdschrift de Indien yang dihimpun oleh Dr. S.A. Buddingh disampaikan bahwa Cirebon dilanda pemberontakan besar yang bila dibiarkan akan (1850) sangat membahayakan kelangsungan pemerintahan Hindia Belanda di Jawa.
Pada tanggal 1 Juli 1806, Nicolas Engelhard menerima surat dari Gubernur Jenderal Albertus Henricus Wiese di Batavia yang isinya memberitahu tentang kondisi di Cirebon yang mulai memburuk dari hari ke hari. Wiese kemudian pada tanggal 23 Juli 1806 memberikan perintah kepadanya agar segera mengirimkan pasukan Madura yang ditempatkan di Ujung Timur Pantai Timur Laut Jawa. Pasukan ini terdiri atas 1 kompi, dibantu pula oleh pasukan dari Surabaya sebanyak satu batalyon. Permasalahannya adalah untuk segera menangani kerusuhan yang ada di Cirebon dan mencegah perpindahan penduduk di Cirebon dan segera mengembalikan keamanan dan ketentraman di kabupaten yang sama. Mengingat gawatnya permasalahannya ini N. Engelhard memutuskan untuk berangkat pada hari itu juga. Jabatannya sebagai Dewan Pertama dan Direktur Jenderal Republik Bataaf Hindia, Gubernur dan Direktur di sepanjang Timur Laut Jawa sementara diserahkan kepada Rothenbuhler yang saat itu menjadi residen di Surabaya. Keberangkatannya ke Cirebon disertai oleh satu batayon militer yang dipimpin oleh Pangeran Sicodiningrat, putra sulung Panembahan Madura, di bawah perintah Mayor Komandan Milisi Ujung Timur Jawa Carel von Frauquemont dengan menggunakan kapal Debora dan Phoenix.[v]

Cerita Rakyat tentang Bagus Rangin


Diceritakan oleh informan bahwa ada seorang Dalang dari daerah Beber yang bernama Sabdani, yang mendalang dengan lakon cerita Bagus Rangin. Informan mendengar cerita itu pada saat mereka menonton wayang ketika masih kecil di klenteng-klenteng di daerah Jatiwangi. Tokoh Bagus Rangin muncul dalam cerita wayang Babad Bantar Jati, yang menceritakan tentang Pangeran Kornel yang membantu Belanda dalam memberantas kaum pemberontak yang dikepalai oleh Bagus Rangin.
Bagus Rangin adalah pemberontak yang memihak kepada rakyat. Bagus Rangin memusatkan strateginya di Jati Tujuh di Bantar Jati yang sekarang sudah menjadi kecamatan. Desa itu dinamakan Jati Tujuh karena memang di sana dahulu ada pohon jati yang berjumlah tujuh. Karena memihak rakyat inilah Bagus Rangin dianggap sebagai pemberontak. Pangeran Kornel memihak kepada Belanda berhadapan dengan bagus Rangin. Karena terdesak, Bagus Rangin mundur dari bantar Jati menuju Panongan, Wanasalam, Salawana, Cibogo, dsb.

Kamis, 08 Desember 2011

PETUAH - PETUAH SUNAN GUNUNG JATI


INGSUN TITIP TAJUG LAN FAKIR MISKIN 
AKU TITIP TAJUG DAN FAKIR MISKIN


YEN SEMBAHYANG KUNGSI PUCUKE PANAH
JIKA SHALAT HARUS KHUSYUK DAN TAWADHU SEPERTI ANAK PANAH YANG MENANCAP KUAT


YEN PUASA DEN KUNGSI TETALING GUNDEWA
JIKA PUASA HARUS KUAT SEPERTI TALI PANAH

IBADAH KANG TETEP 
IBADAHA HARUS TERUS MENERUS


WEDIA ING ALLAH
TAKUTLAH KEPADA ALLAH

Uang Picis, Kesultanan Cirebon (1710 M)

Negara indonesia (atau lebih saya sebut sebagai nusantara) terbilang sebagai salah satu kawasan yang mempunyai peradaban yang cukup tinggi dan maju, namun dalam urusan mata uang, indonesia masih terbilang muda dalam mengenal mata uang. tercatat negeri ini baru mempunyai uang resmi pada abad ke 8, itupun karena adanya pengaruh dari negara-negara tetangga yang saat itu sudah mempunyai mata uang sendiri (China dan India)

Sultan yang memerintah kerajaan Cirebon pernah mengedarkan mata uang yang pembuatannya dipercayakan kepada seorang Cina. Uang timah yang amat tipis dan mudah pecah ini berlubang segi empat atau bundar di tengahnya, disebut picis, dibuat sekitar abad ke-17. Sekeliling lubang ada tulisan Cina atau tulisan berhuruf Latin berbunyi CHERIBON.

Gerebeg Syawal Ritus Doa Bagi Sunan Gunung Jati


Subuh baru saja beranjak pergi. Pagi masih bening. Mentari menabur cahaya kemilau di musim kemarau ini. Menebar ke pelosok bumi waliyullah Cirebon. Melongok dalem Keraton Kasepuhan pagi itu ada yang menarik. Sebuah ritual masih terpatri. Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat, S.E., dan keluarga besarnya, 8 Syawal 1432 Hijriah, seusai menunaikan saum sunah Syawal selama enam hari sejak 2 - 7 Syawal, ke Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Wargi dalem keraton juga tampak sibuk mempersiapkan hajat religi itu.

"Setiap 8 Syawal pagi kami mentradisikan hajat ketupat dikirim ke Masjid Agung, Masjid Dalem Agung, Kramat Ketandan, serta kepada wargi dan abdi dalem," tutur Sultan Sepuh Arief Natadiningrat.

Azan Pitu


 Hanya ada di Kota Cirebon. Tradisi azan ini dilakukan setiap menjelang shalat Jum'at. Tujuh muazin secara serentak menggemakan azan di depan mihrab Masjid Agung Sang Cipta Rasa Kasepuhan Kota Cirebon.


Masjid Peninggalan Sunan Gunung Jati itu terletak di sebelah barat Alun-Alun Keraton Kasepuhan. Tradisi azan pitu telah dilakukan secara turun-temurun sejak lima ratus tahun lalu. Tujuh muazin yang melantunkan azan ini merupakan pengurus masjid yang dipilih penghulu masjid. Selama ini, muazin yang ada sekarang, merupakan keturunan dari muazin sebelumnya yang juga sebagai pengurus di masjid tersebut. "Meskipun tak ada persyaratan khusus, sebagian besar muazin merupakan keturunan dari muazin azan pitu sebelumnya," kata salah seorang pengurus Dewan Kesejahteraan Masjid setempat K.H. Hasan Muhyidin.

Rabu, 07 Desember 2011

Alun-alun Kejaksan Tempat Awal Proklamasi Di Kumandangkan 15 Agustus 1945



TAK semua orang tahu jika ada peristiwa heroik di Alun-alun Kejaksaan. Di alun-alun tersebutlah sesungguhnya rakyat Cirebon memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia, sebelum naskah proklamasi tersebut dibacakan Soekarno-Hatta.
Ketika Radio BBC London memberitakan tentara Jepang telah menyerah kepada sekutu pada 14 Agustus 1945, seluruh masyarakat Cirebon menyambutnya dengan euforia. Dr. Sudarsono, aktivis Partai Sosialis Indonesia (PSI) di bawah Sutan Sjahrir, langsung membacakan teks proklamasi pada 15 Agustus 1945 di Alun-alun Kejaksan Cirebon.

Photo Gua Sunyaragi Tempo Dulu




Masa Kesultanan Cirebon (Pakungwati)

Pangeran Cakrabuana (…. –1479)

Pangeran Cakrabuana adalah keturunan Pajajaran. Putera pertama Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari istrinya yang kedua bernama SubangLarang (puteri Ki Gedeng Tapa). Nama kecilnya adalah Raden Walangsungsang, setelah remaja dikenal dengan nama Kian Santang. Ia mempunyai dua orang saudara seibu, yaitu Nyai Lara Santang/ Syarifah Mudaim dan Raden Sangara.
Sebagai anak sulung dan laki-laki ia tidak mendapatkan haknya sebagai putera mahkota Pakuan Pajajaran. Hal ini disebabkan oleh karena ia memeluk agama Islam (diturunkan oleh Subanglarang - ibunya), sementara saat itu (abad 16) ajaran agama mayoritas di Pajajaran adalah Sunda Wiwitan (agama leluhur orang Sunda) Hindu dan Budha. Posisinya digantikan oleh adiknya, Prabu Surawisesa, anak laki-laki Prabu Siliwangi dari istrinya yang ketiga Nyai Cantring Manikmayang.
Ketika kakeknya Ki Gedeng Tapa yang penguasa pesisir utara Jawa meninggal, Walangsungsang tidak meneruskan kedudukan kakeknya, melainkan lalu mendirikan istana Pakungwati dan membentuk pemerintahan di Cirebon. Dengan demikian, yang dianggap sebagai pendiri pertama Kesultanan Cirebon adalah Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana. Pangeran Cakrabuana, yang usai menunaikan ibadah haji kemudian disebut Haji Abdullah Iman, tampil sebagai "raja" Cirebon pertama yang memerintah dari keraton Pakungwati dan aktif menyebarkan agama Islam kepada penduduk Cirebon.

Sejarah Acuan Berdirinya Kabupaten Cirebon

Ada perbedaan mendasar mengenai Hari Jadi anatara Kabupaten Cirebon dengan Kota Cirebon. Kota Cirebon membuat acuan berdirinya Cirebon tanggal I Muharrom, saat Cakra Buwana membuka Dukuh Tegal Alang-Alang. Sedangkan Kabupaten Cirebon mengacu pada deklaeasi Pemisahan Diri Cirebon dari Pajajaran, yakni tanggal 12 Shofar 887 H atau 2 April 1482 M.


Sejarah Cirebon menurut berbagai pihak di Cirebon adalah berarti sejarah Indonesia dan sejarah umat Islam. Setidaknya itu adalah anggapan Tim Pemurnian Sejarah Cirebon, seperti yang diungkapkan Kartani dan Kaenudin. Menurut mereka Belanda di Cirebon tidak hanya merusak Aqidah Islam tapi juga sejarah Islam di Cirebon. Menurut Prof. A. Hasjmy, sejarah umat Islam dan Indonesia telah diputarbalik oleh Belanda dan musuh-musuh Islam, begitu juga pendapat H. Alamsyah Ratu Prawiranegara tahun 1981. Sehingga Prof. Mr. MM Djojodigoeno menekankan penting penyelidikan sejarah dilakukan oleh bangsa sendiri untuk mendapatkan obyektifitas.

Cirebon Girang

Eksistensi Cirebon Girang didalam buku “Rintisan Penelusuran Masa Silam Sejarah Jawa Barat” diceritakan mulai dikenal sejak abad ke 15 M. Keberadaannnya tidak dapat dilepaskan pula dari eksistensi Indraprahasta dan Wanagiri.

Konon Wanagiri pada masa silam pernah menjadi bawahan Indraprahasta, lebih tepat jika merupakan gabungan dari Indraprahasta dan Wanagiri, mengingat keduanya sudah dikenal dan disebut-sebut pada masa Purnawarman bertahta di Tarumanagara. Indraprahasta pasca Purnawarman dikenal memiliki pasukan yang loyal terhadap Tarumanagara, bahkan berperan penting ketika Wisnuwarman menumpas pemberontakan Cakrawarman. Sedangkan Wanagiri pasca dikuasai Cakrawarman disebut-sebut dijadikan sebagai basis penting dari Cakrawarman. Sayang, referensi tentang Wanagiri sangat kurang dibandingkan kadaton lainnya.

Filosofi Topeng Cirebon

Oleh Prof. Drs. JAKOB SUMARDJO

SUDAH lama tari Topeng Cirebon mengundang tanda tanya akibat daya pesonanya yang tinggi, tidak saja di Indonesia tetapi juga di luar negeri. Tari Panji, yang merupakan tarian pertama dalam rangkaian Topeng Cirebon, adalah sebuah misterium. Sampai sekarang belum ada koreografer Indonesia yang mampu menciptakan tarian serupa untuk menandinginya. Tarian Panji seolah-olah “tidak menari”. Justru karena tariannya tidak spektakuler, maka ia merupakan sejatinya tarian, yakni perpaduan antara hakiki gerak dan hakiki diam. Bagi mereka yang kurang peka dalam pengalaman seni, tarian ini akan membosankan. Tarian kok tidak banyak gerak? Bukankah hakikat tari itu memang gerak (tubuh)?

Jumat, 02 Desember 2011

ASAL USUL KERAJAAN INDRAPRAHASTA SIRNA

Kerajaan Indraprahasta terletak di Cirebon Girang atau Cirebon Selatan Kabupaten Cirebon Sekarang. Kerajaan tersebut didirikan pada tahun 363 Masehi oleh Sang Maharesi Santanu, seorang maharesi dari daerah sungai gangga india.
Seperti halnya Sang maharesi Jayasingawarman pendiri Tarumanegara, Sang maharesi Sentanu beserta para pengiringnya meninggalkan negeri asalnya untuk menyelamtkan diri dari kerajaan pasukan Samudra Gupta Maurya. Ia singgah di Srilangka dan Benggala, baru kemudian menuju Jawa barat, yang waktu itu merupakan Salakanagara yang diperintah oleh Prabu Darmawirya Dewawarman VIII.