MESKI hari masih pagi dan pandangan masih terhalang kabut, keramaian di persimpangan ruas Jalan Cikahalang sudah mulai ramai. Angkutan perdesaan maupun ojek sudah sibuk melayani masyarakat yang baru pulang dari pasar.
Menyusuri ruas Jalan Cikahalang yang merupakan jalan utama menuju objek wisata Talaga Remis, suasana alam perdesaan sudah sangat terasa. Aroma khas kayu terbakar tercium dari asap yang mengepul dari rumah-rumah warga.
Selain bentuk arsitektur rumah yang sederhana, keberadaan kolam ikan di depan rumah, menjadi ciri khas rumah warga Desa Kaduela, Pasawahan, Kabupaten Kuningan. Selain pohon jeruk dan kelapa, beberapa rumah menjadikan pohon manggis mengisi halaman rumah.
Dari persimpangan Jalan Cikahalang dan Jalan Raya Dawuan-Cirebon hingga pintu gerbang Wana Wisata Alam Talaga Remis hanya sekitar tiga kilometer. Jalanan dengan kondisi beraspal hotmix, hanya di daerah kelokan yang berlubang akibat terendam air yang meluap dari parit.
Lepas dari gerbang masuk, diketeduhan pohon-pohon sonokeling berusia puluhan tahun meneduhi arena parkir. Dari tempat parkir inilah Talaga Remis dengan airnya yang kebiru-biruan sangat jelas terlihat.
Namun pada musim hujan seperti sekarang ini, pencinta wisata alam lebih banyak mengunjungi talaga lain, yang ada di Wana Wisata Talaga Remis. Karena, ada delapan talaga (telaga atau danau alam) yang terdapat di wana wisata alam ini, yaitu Talaga Leat, Talaga Nilem, Talaga Deleg, Situ Ayu Salintang, Talaga Leutik, Talaga Buruy, Telaga Tespong, dan Sumur Jalatunda.
Di antara delapan telaga tersebut, Situ Ayu Salintang yang paling banyak dikunjungi. Selain tempatnya yang asri serta masih alami, juga lokasinya yang tidak terlalu ramai. Keistimewaan lain dari Situ Ayu Salintang dibandingkan dengan tujuh telaga lainnya adalah berupa ikan yang selalu tidak pernah habis-habisnya meski tidak kenal waktu dipancing masyarakat sekitar dan wisatawan yang sengaja datang untuk memancing.
Setiap musim hujan, seperti kali ini, Situ Ayu Salintang banyak mendatangkan berkah bagi siapa pun yang mengunjunginya. Bukan hanya berlimpahnya kesegaran udara di kaki Gunung Ciremai dimana Situ Ayu Salintang berlokasi, melainkan ikan nila dengan mudahnya dipancing. “Bila mampu bertahan di udara dingin, bisa membawa pulang tidak kurang dari sepuluh kilo gram ikan nila, tetapi umumnya pemancing hanya mampu bertahan tidak sampai lima jam,” ujar Umar, salah seorang petugas Wana Wisata Talaga Remis.
Dikatakan Umar, dari delapan telaga yang terdapat di Wana Wisata Talaga Remis, masing-masing memiliki keistimewaan. Semisal Talaga Remis, dinamai demikian karena banyak didapat remis (kerang air tawar), Talaga Nilem dengan ikan nilemnya, Talaga Buruy menjadi tempat bertelurnya katak (buruy), Talaga Deleg berupa telaga kecil penuh bebatuan tempat hidup ikan deleg (gabus).
Keistimewaan lain dari Situ Ayu Salintang selain ikan nila yang hidup di telaga, juga warna airnya yang hitam mengilap karena bebatuan di dasar telaga. Sementara itu, bila musim kemarau, warna air akan sangat bening karena terkena sinar matahari.
Karena kebeningan airnya, di antara delapan telaga yang ada di Wana Wisata Talaga Remis, Situ Ayu Salintang menjadi sumber utama air masyarakat sekitar maupun suplai air PDAM Kota dan Kabupaten Cirebon serta Majalengka.
Dibandingkan dengan telaga lainnya, Situ Ayu Salintang rapat dipagari tanaman hutan. Lokasi telaga yang berada di ketinggian 220 meter di permukaan laut, sedikitnya ada 160 jenis pepohonan, terutama pohon besar dan tinggi. Semisal pohon pinus, sonokeling, malaka, kosambi, pisang hyang, dan lain sebagainya.
Objek wisata Situ Ayu Salintang, bagi wisatawan yang menikmati keindahan alam, menjadi tujuan wajib setiap memasuki musim kemarau. Sementara itu, pada musim hujan seperti sekarang ini, Situ Ayu Salintang banyak dikunjungi wisatawan khusus yang memiliki hobi memancing. “Ya, karena pada musim hujan seperti sekarang ini banyak berlimpah ikan,” ujar Umar.
Situ Ayu Salintang merupakan objek wisata perpaduan antara pesona alam pergunungan hutan, air telaga yang jernih, bening laksana kaca. Belum lagi dengan udara pergunungan Ciremai yang sejuk menantang untuk berwana wisata menguak misteri hutan dan tempat rekreasi favorit untuk dikunjungi.
Keindahan Situ Ayu Salintang tidak terlepas dari legenda air mata Pangeran Salingsingan yang menangis tak henti-hentinya saat diberi nasehat Pangeran Sutajaya, kepercayaan Sultan Cirebon. Pangeran Salingsingan menangis, karena merasa berdosa telah mengkhianati negerinya dengan melakukan peperangan dengan saudaranya. “Karena diyakini berasal dari air mata pangeran (Salingsingan), air telaga sangat bening sekali, hingga ikan yang berenang pun dengan mudah terlihat,” ujar Umar.
Meskipun masuk wilayah Kabupaten Kuningan, Situ Ayu Salintang berjarak sekitar 36 kilometer arah utara dari Kota Kabupaten Kuningan. Sementara itu, dari Kota Cirebon sekitar dua puluh kilometer ke arah selatan dan dari Majalengka hanya sekitar delapan belas kilometer.
Selain lokasinya yang sangat mudah untuk dikunjungi karena ditunjang infrastruktur sangat memadai, juga lokasinya di kawasan perbukitan jauh dari jalan utama Majalengka (via Dawuan)- Cirebon. Sebelum memasuki objek wisata banyak ditemui tempat menginap maupun rumah makan yang menawarkan berbagai makanan khas Kuningan dan Majalengka yang terkenal dengan ikan gurame bakar maupun goreng.
Belakangan ini rumah-rumah makan banyak yang menawarkan ikan gurame dengan bumbu cobek ataupun tabur sambal tomat hijau dengan harga sangat terjangkau. Jadi, selain mengungkap keindahan alam, juga menikmati makanan khas perdesaan di kaki Gunung Ciremai.
sumber :http://lemburkuring2007.wordpress.com/2010/04/17/legenda-air-mata-sang-pangeran/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar