Minggu, 05 Mei 2013

Asal - Usul Desa Cipeujeuh

Nama Cipeujeuh itu berasal dari dua kata, Ci artinya cai atau air dan Pejeuh adalah nama pohon. Jadi Cipeujeuh merupakan air yang keluar dari bawah pohon pejeuh dan sekarang pohon itu masih ada di samping pancuran air pejeuh, yang merupakan sumber air bagi masyarakat sekitarnya.
Ada beberapa nama tempat yang diawali kata-kata Ci, seperti Citaman, Cidadap, Cipadudan, Ciwado, Cimalayang, Cibangban, Cileuis, Cipelus, Cibalong, Cikalapa, Cisuruh dan Ciputih. Dengan kata-kata yang menjadi nama tempat itu artinya air yang menandakan kebersihan dan kejernihan dalam arti yang seluas-luasnya.
Desa Cipeujeuh itu didirikan oleh seorang pemimpin yang dikenal dengan nama Buyut Racak, dan pemukimannya yang pertama berada disebelah timur Kampung Cidadap. Disitu sekarang terdapat sungai yang bernama Cipadudan dan Cimalaya. Kemudian pemukiman itu pindah tempat ke kampung yang namanya Karacak, dan disitulah kehidupan masyarakat yang aman tentram, subur makmur luh jinawi.

Sepeninggal Buyut Racak, kepemimpinan digantikan oleh seorang yang dikenal sakti mandraguna yaitu Buyut Balida. Kata-kata Balida sebenarnya dari nama sebuah ikan yang rasanya enak sekali dan mempunyai duri yang sangat keras.
Pada masa kepemimpinan Buyut Balida kehidupan masyarakatnya juga subur makmur, aman tentram kertaraharja. Namun tiba-tiba dikejutkan oleh berita mendengar kematian Buyut Balida ketika makan ikan Balida kareba ketelak.
Sebenarnya ini merupakan seloka yang menggambarkan bahwa Buyut Balida itu memakan uang rakyat yang seakan-akan memakan ikan Balida yang rasanya enak sekali, dan kemudian berakibat diturunkan dari kepemimpinan oleh masyarakat, namun sebelum turuntahta ia berpesan kepada masyarakat " Jangan sekali-kali makan Ikan Balida", artinya jangan sekali-kali korupsi uang rakyat.
Buyut Balida digantikan Buyut Jaben. Pada masa kepemimpinan Buyut Jaben sudah disebut-sebut keberadaan kompeni Belanda.
Pada waktu itu datang serombongan penagih pajak (upeti) ke perkampungannya Buyut Jaben. Kedatangan mereka disambut baik oleh Ki Buyut Jaben, dengan memberinya makan nasi dalam satu pendil kecil. Nasi tersebut tidak habis-habis walaupun yang makan banyak. Rombongan juga diberi ikan mas, tapi begitu ikan sudah dihidangkan ternyata ikan tersebut hidup kembali, sehingga para tamu tercengang menyaksikan kejadian tersebut. Setelah kejadian tersebut dilaporkan kepada Ki Buyut Jaben, spontan ikan tersebut kembali jadi masak dan bisa dimakan. Setelah makan, mereka ingin menikmati degan air kelapa. Lalu mereka menembaki kelapa dengan senapan, akan tetapi tak satupun mereka dapatkan. Akhirnya mereka melaporkan kembali kepada Buyut Jaben. Hanya dengan menunjukan telunjuknya ke arah pohon kelapa, tiba-tiba pohon kelapa itu melengkung dan menghampiri para serdadu yang ingin menikmati buah kelapa. Mereka memakan kelapa secukupnya, namun sungguh aneh meski begitu banyak kelapa yang dimakan, buah kelapa dari satu pohon tidak habis - habis. Setelah kejadian itu kompeni Belanda tidak lagi berani karena sangat segan kepada kesaktian Ki Buyut Jaben. Setelah kepemimpinan Ki Buyut Jaben tidak terdengar lagi siapa pengganti selanjutnya.
Pada zaman revolusi fisik dengan Belanda, Cipeujeuh pada waktu itu dipimpin oleh seorang Kuwu Dinda yang sebelumnya Kuwu Ibong.
Kuwu Dinda ini disebut juga denga Rekonka yang artinya kuwu itu ikut Belanda, sehingga selalu bertentangan dengan rakyat. Karena bertentangan dengan perjuangan rakyat yang menginginkan kemerdekaan.
Setelah penyerahan kedaulatan tahun 1950 yang menjadi Kuwu di Cipeujeuh adalah Kuwu Rusdi sampai tahun 1966. Dari Tahun 1966-1980 yang menjadi Kuwu adalah Eboy Carmin. Sekitar tahun 1980 dimekarkan menjadi dua desa yaitu Cipeujeuh Kulon dan Wetan. 

2 komentar: