Senin, 06 Mei 2013

Asal - usul Desa Sindang Jawa

Pada abad XVII dikawasan hutan diwilayah Kerajaan Rajagaluh, terdapat sebuah kampung yang indah yang terletak di tepi sungai Cisoke. Masyarakatnya memberi nama Kampung Banjang Melati, dipimpin oleh Resi Pandunata seorang penganut agama Hindu yang memiliki seorang putri bernama Nyi Mas Indang Lara Sakti.
Sebelum Resi Pandunata wafat, pimpinan Kampung Banjar Melati terlebih dahulu diserahkan kepada Nyi Mas Indang Lara Sakti, sambil memberitahukan bahwa kelak akan datang orang orang Cirebon yang bertujuan menyebarkan agama Islam. resi Pandunata memberikan amanat agar putrinya dapat menerima tamu-tamu itu dengan sebaik-baiknya, rukun , dan apabila perlu mengikuti ajakannya.
Pada suatu waktu, berdatanglah prajurit Cirebon ke Kampung Banjar Melati untuk sekedar singgah dalam perjalanan pulang, setelah mereka berperang melawan Kerajaan Rajagaluh. Beberapa orang diantara mereka sangat terkesan akan keramah tamahan penduduknya disamping tertarik akan keindahan dan kesuburan alamnya, sehingga mereka ingin tinggal dan menetap disini sambil menyebarkan agama Islam. Diantara prajurit tersebut terdapat dua orang tokoh pemuda Islam, yaitu Wanajaya dan Pande Simpar.

Kedua pemuda tersebut menemui Nyi Mas Indang Lara Sakti untuk meminta izin sekaligus menyampaikan maksud dan tujuannya. Seperti pesan ayahandanya, Nyi Mas Indang Lara Sakti menerima dengan senang hati kedatangan kedua pemuda tersebut, bahkan ia bersedia dijadika ibu angkat. Atas bantuan kedua anak angkatnya itulah Nyi Mas Indang Lara Sakti berusaha memindahkan pasanggrahan Banjar Melati ke sebelah barat sungai Cisoka yang sekarang disebut Hulu Dayeuh.
Pasanggrahan baru itu dibuat dari kayu dari hasil penebangan hutan disekitarnya; sementara ranting dan dedaunan yang tidak terpakai dibakar. Ketika membakar ranting-ranting itu timbulah bencana kebakaran yang sangat dahsyat dimana kobaran api dan asapnya menjalar ke sebelah selatan hingga ke Kampung Cisaat.
Masyarakat Kampung Cisaat gempar dan panik, sehingga mengundang kemarahan Ki Surangga Bima. Terjadilah pertarungan antara Ki Surangga Bima dengan Ki Wanajaya dan Ki Pande Simpar, dimana kedua belah pihak sama-sama kuat, tidak ada yang akalh ataupun menang. Akhirnya Nyi Mas Indang Lara Sakto terjun ke kancah pertarungan mengeluarkan kesaktiannya untuk menghentikan perkelahian tersebut, dengan cara mengengkat dua buah batu besar yang dilemparkannya ke medan perkelahian.
Menyaksikan kesaktian Nyi Mas Indang Lara Sakti, kedua belah pihak yang sedang bertempur terkagum - kagum hingga langsung menghentikan perkelahian serta tunduk kepada Nyi Mas Indang Lara Sakti. Batu besar tersebut salah satunya disebut Batu Tumpeng, karena bentuknya seperti nasi tumpeng dengan tinggi kira kira 159 cm. Batu yang lainnya disebut Batu Kasur, karena bentuknya menyerupai kasur dengan panjang kira - kira 200 cm.
Ketiga tokoh tersebut oleh Nyi Mas Indang Lara Sakti diajak ke pasanggrahan Banjar Melati untuk mengadakan pertemuan, atau perundingan dengan kesepakatan sebagai berikut.
1. Kedua belah pihak yang bertikai akan hidup damai hingga turun temurun.
2. Kedua batu besar tadi dijadikan batas wilayah Kampung Banjar Melati dengan Kampung Cisaat.
untuk mengenang tempat pertemuan tersebut, Kampung Banjar Melati kemudian berganti nama menjadi Banjar Patoman, dari kata patemon (Bhs.Jawa) yang berarti tempat/lokasi pertemuan.
Pada sekitar tahun 629 tentara Sultan Agung dari Mataram mampir/sindang (Bhs. Sunda) di Banjar Patoman sepulangnya menyerang VOC di Batavia. Oleh karena mereka yang singgah itu berasal dari Jawa, penduduk disitu mengatakan tempat "Otang Jawa Sindang". Dengan peristiwa tersebut bergantilah Kampung Banjar Patoman dengan Kampung Sindang Jawa, yang sekarang menjadi Desa Sindang Jawa.
Dalam membangun Desa Sindang Jawa, Nyi Mas Indang Lara Sakti di bantu oleh :
1. Ki Wanajaya
2. Ki Pande Simpar
3. Ki Yuda Laksana yang membangun Blok Peuntas
4. Ki Wangsadikrama yang membangun Blok Umbul Balong
5. Ki Jamini ( Ki Panderesan) yang membangun Blok Kawung Luwuk
6. Ki Padmanegara yang membangun Blok Pamijen
7. Ki Tabroni yang membangun Blok Karadenan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar