Minggu, 10 Februari 2013

Asal Usul Desa Kebarepan



Pada Abad ke- 14 yang  sekarang nama Desa Kebarepan adalah salah satu bagian dari wilayah yang bernama Blok Sikalong yang merupakan daerah yang sangat subur diantara blok-blok yang lain. Selain dialiri oleh sungai Pulosari yang dapat mengairi beberapa perkebunan, pertanian dan perikanan, juga letaknya strategis, tanahnya datar dibawah jalan raya Deanles yang memotong wilayah ini, airnya tetap mengalir walaupun kemarau.

Karena suburnya blok ini tentunya bukan sembarangan orang yang memimpin kampung ini. Pada saat itu pimpinan kampung yang sangat ditakuti dan diseganui ialah seorang bernama Ki Banas Patih yang terkenal selain gagah berani dia juga sangat sakti mandraguna dan berasal dari tanah galuh Pasundan serta memiliki pasukan yang sangat kuat khususnya pasukan dedemit dan peri.
Waktu itu agama yang dianut oleh Ki Banas Patih ialah agama Hindu, sehingga pada masa itu perkembangan agama Islam diwilayah Cirebon khususnya agak terlambat karena Ki Banas Patih beserta pasukannya tidak mau tunduk masuk agama Islam.
Pada suatu saat Sunan Gunung Jati, ratu auliya/wali dari Cirebon mencoba memecahkan masalah ini agar perkembangan agama Islam di Tanah Jawa khususnya di wilayah Cirebon dapat cepat berkembang dengan lancar. Musyawarah diadakan dan keputusan pun diambil dengan menyebarkan sebuah maklumat yang isinya sebuah sayembara bagi umum. “Barangsiapa dapat menaklukkan Ki Banas Patih, akan diberi hadiah yaitu diangkat menjadi Ki Gede atau penguasa di Kampung ini”.
Alkisah disebuah wilayah lain nun disemailah barat ada blok yang bernama Bagusan. Pemimpin blok tersebut adalah seorang yang beragama Islam dan bernama Ki Gede Bagusan. Beliau memiliki beberapa Putera dan Puteri. Salah satu di antaranya Ki agus Mungkad.
Ki Gede Bagusan mendengar sayembara yang menarik tersebut, selain sayembara tersebut untuk pengembangan agama Islam juga sangat tertarik untuk mencoba ilmu yang diturunkan kepada anaknya Ki Agus Mungkad. Maka dengan tekad yang mulia Ki Gede Bagusan mengutus anaknya Ki Agus Mungkad bersama pengawalnya untuk mengikuti sayembara di Blok Sikalong tersebut.

Pada suatu saat yang telah ditentuika yaitu pada malam Jum’at Kliwon, masyarakat sudal berjejal untuk menyaksikan bagaimana sayembara yang akan menentukan suatu pimpinan yang bakal mengganti Ki Banas Patih dilaksanakan. Sayembara ini menurut pengamatan sesepuh sudah cukup dianggap adil, sebab yang bertanding hanya selain pimpinannya saja, juga yang kalah harus tunduk dan menurut sesuai aturan yang telah ditentukan.
Dengan hadirnya rombongan Sunan Gunung Jati/Ratu para aulia wali dari Cirebon, lengkaplah sudah. Acara siap untuk dimulai, ribuan orang sudah berkumpul dan melingkar disuatu tempat terbuka yang disediakan untuk sayembara adu kesaktian tersebut.
Sebekum sayembara dimulai, ratu para aulia memberikan sambutan dan acara pertandingan yang disetujui oleh kedua belah pihak yang disaksikan oleh ribuan orang dengan berdebar-debar. Acara yang dinanti-nantikan tiba, pertandingan dimulai. Ki Agus Mungkad kelihatan tenang sekali, lain dengan Ki Banas Patih yang kelihatannya garang dan ganas. Pukulan demi pukulan telah dilancarakan, kesaktianpun dikeluarkan. Banyak penonton merasa ngeri, suasana goncan, angin berdatangan, suara bersuitan, sauatu tanda adu kesaktian saling bertemu silih berganti.
Ratu para Aulia menafsirkan bahwa malam Jum’at Kliwon yang diminta Ki Bansa Patih, justru malam yang menguntungkan baik dari segu perhitungannya maupun penggunaan ilmu kesaktian bagi Ki Agus Mungkad.
Kedua belah pihak saling menguras tenaga, keringat bercucuran, kesaktian sudah banyak dikeluarkan tetapi tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang. Disana sini para penonton sudah mulai banyak yang cemas akan keberhasilan pemuda tersebut, sebab kelihatannya Ki Banas Patih masih kelihatan segar dan tertawa penuh kesombongan. Pertandingan adu ilmu kanuragan berjalan alot, memakan waktu semalam suntuk.
Pada saat yang genting, melengkinglah Ki Bnaas Patuh dengan loncatan yang garang menerkam Ki Agus Mungkad. Dengan mengumpulkan seluruh kekuatannya Ki Agus mungkar menahan serangan lawan tersebut. Akan tetapi tetap saja Ki Agus Mungkad terpelanting jauh dalam keadaan duduk, tetapi Ki Banas Patih hanya tergoyang sedikit sambil tertawa-tawa.
Para Auliya dan penonton sangat kaget dan khawatir akan keselamatan pemuda tersebut, tetapi lain hal kenyataannya bahkan orang –orang pada melongo keheranan. Ki Bnaas Patih tertawanya diam bahkan badanya sempoyongan ke belakang dan mulutnya mengeluarkan darah, akhirnya Ki Banas Patih roboh tidak berkutik lagi.
Luapan kegembiraan penonton dan teriakan –teriakan histeris di sana-sini terdengar mengelu-elukan Ki Agus Mungkad atas kemenangannya. Ki Banas patih telah dirobohkan bersama pasukannya oleh ratu auliya diberi kebebasan untuk masuk Islam, berhubung Ki Banas Patih bersama rombongannya pergi ke daerah Cirebon Selatan yaitu Cirebon Girang.
Dengan demikian Ki Agus Mungkad berhak untuk menjadi pemimpin di Blok Sikalong dengan julukan Ki Bagus Pangaten atau Ki Tuan Barep, karena baru kali inilah seseorang pimpinan dilaksanakan melalui pilihan sayembara dan karena desa ini adalah paling depan (Pembarep) didirikan, maka desanya pun dinamai Desa Kebarepan.
Penghidupan rakyatnya sedikit demi sedikit mengalami kemajuan, bercocok tanam dan perkebunan pun sudah mulaim digarap, sehingga Blok Sikalong yang tadinya terdiri dari hutan menjelma menjadi sebuah pedesaan yang asri.
Demikianlah asal –usul Desa Kebarepan. Ketika Ki Bagus Pengaten memegang tumpuk pimpinan di Desa Kebarepan, beliau memerlukan seorang wakil untuk membantu pekerjaannya. Diangkatlah seorang muslim yang bernama Ki Abdullah yang kemudian berjuluk Ki Buyut Buluh yang kelak beristrikan Nyi Mas Mentok.
Setelah Ki Bagus Penganten meninggal dunia, maka pimpinan dipegang langsung oleh Ki Buyut Buluh, saat itu masyarakatnya dalam keadaan aman, tenteram dan makmur sentosa.
Pada saat pimpinan Desa Kebarepan di pegang Ki Buyut Buluh diadakanlah musyawarah untuk mengadakan pemilihan kepala desa. Waktu itu pemimpin yang terpilih ialah Ki Marsijan yang berasal dari Blok Cibiuk dengan julukan Kim Kuwu Marsijan.
Dengan adanya julukan Ki Kuwu yang tentunya sebagai penyandang jabatan yang mempunyai organisasi Pekuwon, maka organisasi Pekuwon sedikit demi sedikit mulai mengalami perubahan walaupun waktu itu masih sangat sederhana, khususnya mengikuti jejak pemerintahan Ki Kuwu Cirebon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar