Minggu, 03 Februari 2013

Asal Usul Desa Lemahtamba



Raden Walangsungsang (Putra Prabu Siliwangi dari permaisuri Ratu Subang larang) Secara diam-diam meninggalkan Keraton Pajajaran untuk menuntut ilmu dan mamperdalam Syariat Islam. Kepergian tersebut sekalipun dilarang ayahandanya, dilakukan dengan tekad yang kuat membaja serta untuk memenuhi pesan ibunya sebelum meninggal. Keesokan harinya gegerlah Keraton Pajajaran atas kepergian Raden Walangsungsang tersebut.
 Perjalanan Raden Walangsungsang menuju kea rah Timur dan sampailah di Kaki Gunung Berapi. Di tempat ini ia berguru kepada Sang Danurwarsih. Ia kemudian diberi cincin Ampal oleh gurunya yang punya banyak khasiat. Selanjutnya Raden Walangsungsang  dinikahkan dengan putrinya yang cantik jelita bernama Nyai Mas Ratu Ending Geulis.
Di Keraton Pajajaran, Nyai Mas Rarasantang adik Raden Walangsusang, juga pergi meninggalkan keraton menyusul kakaknya. Gemparlah Keraton Pajajaran yang kedua kalinya.
Setelah menempuh perjalanan jauh dan melelahkan akhirnya Nyai Mas Rarasantang dapat bertemu dengan kakak besertaistrinya di kaki Gunung Merapi. Dengan rasa haru dan bahagia mereka melepas kerinduan. Nyai Mas Rarasantang menceritakan suka duka dalam perjalanan, antara lain bertemu dengan Nyai Endang Sukati di Gunung Tangkuban Perahu yang memberinya sepasang baju Sang Dewa Mulya, dan ketika sampai di Gunung Liwung bertemu dengan Ki Ajar Sakti yang memberi petunjuk  agar ia menuju kaki Gunung Ciremai.
Setelah cukup lama Raden Walangsungsang beserta istri dan adiknya berada di Kaki Gunung Berapi, mereka kemudian mohon pamit kepada Sang Danuwasih untuk melanjutkan pengembaraan. Oleh Sang Danuwarsih, mereka diberi petunjuk agar menuju Gunung Ciangkup.
Di Gunung Ciangkup,Raden Walangsungsang bertemu dengan Sang Hyang Nanggo yang memberinya pusaka “Golok Cabang”.
Raden Walangsungsang melanjutkan perjalanan menuju Gunung Kumbang. Ditempat ini bertemu dengan Sang Hyang Naga dan memberikan tiga buah pusaka, yaitu:
1.      Peci Waring, Khasiatnya bila dipakai tidak terlihat
2.      Batok Bolu, dapat mengatur mahluk halus
3.      Umbul waring, agar selamat dari fitnah musuh.
Sang hyang naga memberi petunjuk agar raden walangsungsang menuju Gunung Cangak menemui Ratu Bangau. Kemudian Ratu Bangau memberi pusaka piring panjang, pendil dan bareng, dan menasehatinya apabila ingin berguru ilmu sejati (Syariat Islam) hendaklah datang ke Syekh Datul Kahfi/Syekh Nurjati di perguruan Gunung jati.
Raden Walngsungsang beserta istri dan adiknya melanjutkan perjalanan menuju perguruan Gunung Jati. Setelah perjalanan jauh mereka beristirahat disuatu tempat dibawah pohon, teringat akan pesan dan nasehat sang Ibunya Nyai Mas Subang Larang, apabila mengalami sakit atau lelah, cungkillah tanah dengan kujang pusaka dan balurkan ke bagian tubuh yang sakit maka hilanglah rasa lelah dan rasa sakit itu dan akan terpancar air dari dalamnya.
Tempat keluarnya mata air itu kemudian menjadi sebuah sumur yang sekarang dikenal dengan sebutan sumur Karomat sedangkan daerah sekitar itu dikenal dengan nama Pademangan Cikujang. Nama Cikujang diambil dari kata CI+KUJANG, yang mengandung arti Ci berasal dari kata Cai (bhs sunda) = Air, Kujang adalah nama pusaka yang dipergunakan Raden Walangsungsang.
Pademangan Cikujang selanjutnya diganti dengan nama Lemah Tamba. Lemah (bhs Jawa)= Tanah, Tamba (bhs jawa) = obat. Jadi lemahtamba mengandung pengertian lemah sing bisa dadi tamba (Tanah yang dapat dijadikan obat). Nama ini diambil dari kejadian ketika Raden walangsungsang mengobati rasa sakit dan letihnya, ia mencungkil tanah dengan kujang pusakanya, yang kemudian tanah itu dibalurkan sehingga sembuhlah rasa sakit dan letihnya.

1 komentar:

  1. Maaf saya orang Majalengka, tapi maaf asal usulnya bukan itu mas,..coba lihat dibuku babad tanah leluhur,..Desa Lemah Tamba ada kaitannya dengan Desa Panguragan mas,..
    Maaf kalo salah

    BalasHapus