Raden
Walangsungsang (Putra Prabu Siliwangi dari permaisuri Ratu Subang larang) Secara
diam-diam meninggalkan Keraton Pajajaran untuk menuntut ilmu dan mamperdalam
Syariat Islam. Kepergian tersebut sekalipun dilarang ayahandanya, dilakukan
dengan tekad yang kuat membaja serta untuk memenuhi pesan ibunya sebelum
meninggal. Keesokan harinya gegerlah Keraton Pajajaran atas kepergian Raden Walangsungsang
tersebut.
Perjalanan Raden Walangsungsang menuju kea rah
Timur dan sampailah di Kaki Gunung Berapi. Di tempat ini ia berguru kepada Sang
Danurwarsih. Ia kemudian diberi cincin Ampal oleh gurunya yang punya banyak
khasiat. Selanjutnya Raden Walangsungsang
dinikahkan dengan putrinya yang cantik jelita bernama Nyai Mas Ratu
Ending Geulis.
Di Keraton
Pajajaran, Nyai Mas Rarasantang adik Raden Walangsusang, juga pergi
meninggalkan keraton menyusul kakaknya. Gemparlah Keraton Pajajaran yang kedua
kalinya.
Setelah
menempuh perjalanan jauh dan melelahkan akhirnya Nyai Mas Rarasantang dapat
bertemu dengan kakak besertaistrinya di kaki Gunung Merapi. Dengan rasa haru
dan bahagia mereka melepas kerinduan. Nyai Mas Rarasantang menceritakan suka
duka dalam perjalanan, antara lain bertemu dengan Nyai Endang Sukati di Gunung
Tangkuban Perahu yang memberinya sepasang baju Sang Dewa Mulya, dan ketika
sampai di Gunung Liwung bertemu dengan Ki Ajar Sakti yang memberi petunjuk agar ia menuju kaki Gunung Ciremai.
Setelah cukup
lama Raden Walangsungsang beserta istri dan adiknya berada di Kaki Gunung
Berapi, mereka kemudian mohon pamit kepada Sang Danuwasih untuk melanjutkan
pengembaraan. Oleh Sang Danuwarsih, mereka diberi petunjuk agar menuju Gunung
Ciangkup.
Di Gunung Ciangkup,Raden
Walangsungsang bertemu dengan Sang Hyang Nanggo yang memberinya pusaka “Golok
Cabang”.
Raden
Walangsungsang melanjutkan perjalanan menuju Gunung Kumbang. Ditempat ini
bertemu dengan Sang Hyang Naga dan memberikan tiga buah pusaka, yaitu:
1. Peci Waring, Khasiatnya bila dipakai
tidak terlihat
2. Batok Bolu, dapat mengatur mahluk
halus
3. Umbul waring, agar selamat dari
fitnah musuh.
Sang hyang naga memberi petunjuk
agar raden walangsungsang menuju Gunung Cangak menemui Ratu Bangau. Kemudian
Ratu Bangau memberi pusaka piring panjang, pendil dan bareng, dan menasehatinya
apabila ingin berguru ilmu sejati (Syariat Islam) hendaklah datang ke Syekh
Datul Kahfi/Syekh Nurjati di perguruan Gunung jati.
Raden Walngsungsang beserta istri
dan adiknya melanjutkan perjalanan menuju perguruan Gunung Jati. Setelah perjalanan
jauh mereka beristirahat disuatu tempat dibawah pohon, teringat akan pesan dan
nasehat sang Ibunya Nyai Mas Subang Larang, apabila mengalami sakit atau lelah,
cungkillah tanah dengan kujang pusaka dan balurkan ke bagian tubuh yang sakit
maka hilanglah rasa lelah dan rasa sakit itu dan akan terpancar air dari
dalamnya.
Tempat keluarnya
mata air itu kemudian menjadi sebuah sumur yang sekarang dikenal dengan sebutan
sumur Karomat sedangkan daerah sekitar itu dikenal dengan nama Pademangan
Cikujang. Nama Cikujang diambil dari kata CI+KUJANG, yang mengandung arti Ci
berasal dari kata Cai (bhs sunda) = Air, Kujang adalah nama pusaka yang
dipergunakan Raden Walangsungsang.
Pademangan
Cikujang selanjutnya diganti dengan nama Lemah Tamba. Lemah (bhs Jawa)= Tanah,
Tamba (bhs jawa) = obat. Jadi lemahtamba mengandung pengertian lemah sing bisa
dadi tamba (Tanah yang dapat dijadikan obat). Nama ini diambil dari kejadian
ketika Raden walangsungsang mengobati rasa sakit dan letihnya, ia mencungkil
tanah dengan kujang pusakanya, yang kemudian tanah itu dibalurkan sehingga
sembuhlah rasa sakit dan letihnya.
Maaf saya orang Majalengka, tapi maaf asal usulnya bukan itu mas,..coba lihat dibuku babad tanah leluhur,..Desa Lemah Tamba ada kaitannya dengan Desa Panguragan mas,..
BalasHapusMaaf kalo salah